[ Cerpen ] Rania II
Randi tidak sekelas dengan Rania, dan itu membuat Rania
sangat bersyukur. Dia membayangkan akan sesulit apa harinya, jika sekelas dengan Randi. Apa dia harus mematung
tiap hari ? Dan itu tak mungkin.
Suatu hari ada seorang teman sekelas Randi yang bernama
Willy, bertingkah aneh. Apa hanya Rania yang merasakan, atau memang dia seperti
itu. Willy menjadi orang yang sangat ramah pada Rania, tidak seperti biasanya,
bahkan mereka tak saling mengenal satu sama lain, tapi anehnya Willy
seakan-akan sudah mengenal Rania cukup lama.
Setiap ada kesempatan ketika Willy dan Rania bersama atau
saling pandang, Willy selalu membuat senyum indahnya yang menawan, awalnya
Rania diam saja, ya karena mereka saling tak kenal, takut Willy bukan senyum
padanya, tetapi semakin lama, Rania semakin yakin kalau senyuman itu memang
untuk Rania seorang, akhirnya Rania pun membalasnya.
Ini aneh, Randi dan Rania saja kalau bertemu tak akan
seperti itu, saling senyum dan saling sapa, boro-boro senyum, Rania langsung
ngacir jika bertemu Randi. Tapi bagi Rania ini adalah sesuatu yang dia
rindukan, tersenyum kepada seseorang dan membalas senyumnya, itulah hal
sederhana yang indah, dia mulai merasa kecewa hubungannya dengan Randi tak seindah
itu. Salah siapa coba, kenapa dia harus lari kalau ketemu Randi ? siapa yang
malu kalau mereka saling berpapasan? Ya itu semua salah Rania sendiri.
Yang pasti bagi Rania, Willy adalah angin yang menyegarkan,
di tengah hubungannya dengan Randi bak gurun pasir yang gersang. Semakin lama
Willy semakin berani mendekati Rania, mulai diajak mengobrol saat di
perpustakaan, menyapanya ketika sendirian, dan itu membuat Rania gugup dan
merasa apa ya, Rania seperti punya pegagum rahasia, dan itu menyenangkan!
Willy hanya berani mendekati Rania ketika dia sendiri,
ketika Rania bersama teman-temannya Willy hanya bisa memandang dari kejauhan
dengan pandangan yang mendebarkan. Ya seperti pengecut memang, tapi tak ada hal
lain yang bisa dilakukan Willy, karena hampir satu sekolah tahu, hubungan
antara Rania dan Randi yang fenomenal aneh itu.
Rania tak punya tempat curhat, dia tak bisa menceritakan
tentang Willy kepada sahabatnya. Rania takut sahabatnya akan berprasangka jelek
padanya. Rania hanya merasa senang saja, karena dia mempunyai secret lover , tidak lebih dari itu,
walaupun hubungannya dengan Randi tak berjalan mulus, bukan berarti dia akan
berpaling dari Randi. Ya, Rania adalah seorang yang setia, dan dia selalu
mencoba untuk setia, bagaimanapun keadaanya
Rania Cuma bisa melampiaskan kegalauannya lewat sebuah puisi
:
DUA
Berburu di samudra
pasir
Berburu di padang
berdebu
Bak puyuh berputar
tujuh
Tepian kian berjalan
menghilang
Menghalang langkah
mencari arah
Si Musang memang
mengharap datang
Mangsa yang lama dinantikan
Dengan pandangan dia
menyerang
Menerkam,,, dalam
ramai keledai
Tapi si Rubah akankah
marah
Karena tabir yang
terukir
Masih di hati merpati
Dinding –dinding
hanya melihat
Mereka memandang
dengan kebutaan
Biarkan hati diliputi
tsunami
Yang dapat rapat
setiap saat
Tiga baris pertama puisi Rania ini, menceritakan tentang
kebimbangan dan kegalauan tingkat dewa baginya. Dia tak tahu harus kemana untuk
mengungkapkan semuanya. Harapan tentang kejelasan hubungannya baik dengan
Randi atau dengan Willy seakan-akan tak nampak ujungnya.
“ Musang “ adalah
Willy, “ Rubah “ itu Randi dan “ Merpati ” adalah Rania, sahabat dan
teman-teman Rania diibaratkan “ Dinding
“dan “ Keledai ” . Musang menyerang
merpati dengan pandangan mautnya, diantara puluhan keledai dan kebutaan
dinding, Rubah mungkin tak tahu atau di pura-pura tak tahu merpati yang
dicintainya sedang dalam pengawasan Musang. Ya tinggal menunggu waktu, apakah
sang Musang benar-benar akan menyerang, dan akhirnya dia akan menghianati teman
sekelasnya, ataukah dia selamanya hanya akan menjadi pengagum rahasia ?
Bersambung Part 3…
Komentar